Kepemimpinan.point

Kepemimpinan

 

  1. Pemimpin itu diciptakan
  2. Setiap kita punya potensi untuk memimpin
  3. Budaya pemimpin akan mempengaruhi budaya organisasi
  4. Piramida pengaruh
    • Mempengaruhi
    • Membina hubungan
    • Teladan

Jenis Kekuasaan

    • Kekuasaan Memaksa
    • Kekuasaan Manfaat
    • Kekuasaan yang Berprinsip

Regenerasi

  1. Regenerasi adalah sifat alam
  2. Kaderisasi harus tersistem
  3. Pola Regenerasi

 

Tafsir al-Muyassar

Tafsir al-Muyassar

Kitab At Tafsir al Muyassar ini adalah sebuah tafsir terbitan dari Mujamma’al-Malik Fahd Lithiba’ah al-Mushhaf asy-Syarif -Lembaga yang berkedudukan di Madinah al-Munawwarah- yang telah mencetak jutaan Mushhaf al-Qur`an beserta terjemahnya ke dalam berbagai bahasa dunia untuk disebarkan ke seluruh dunia. Kitab Tafsir ini disusun oleh kumpulan Pakar Tafsir di bawah bimbingan Syaikh Sholih bin Abdul ‘Aziz Aalu Asy Syaikh. Terkhusus Kitab at-Tafsir al-Muyassar ini, sudah banyak pujian dan sanjungan terhadap buku ini, baik dari kalangan thullab ‘ilm (penuntut ilmu syar’i) maupun dari kalangan para ahli tafsir.

Alhamdulillah, ada satu sesi kajian dari Program Nyantrend Weekend yang asuh oleh Ustadz Hasan Al-Jaizy yang rutin mengkaji kitab ini. Apa yang kami posting di sini adalah terjemah dan faidah yang kami dapatkan dalam kajian tersebut. Semoga Allah menjadikannya sebagai amal yang barakah dan diterima.

أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطـٰـنِ الرَّجِيمِ

شرع الله تعالى لكل قارئ للقران العظيم، أن يستعيذ بالله من الشّيطان الرجيم، قال سبحانه: فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ [النحل – الآية ٩٨٨]

Allah ta’ala men-syari’at-kan bagi setiap pembaca Al-Qur’an Al-‘Azhim agar mereka memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Allah berfiman dalam surat An-Nahl ayat 98 (artinya) “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk*.“.

ذلك لأنّ القران الكريم هداية للناس و شفاء لما في الصدور، والشيطان سبب الشرور والضلالات، فأمر الله سبحانه كل قارئ للقران أن يتحصّن به سبحانه من الشيطان الرجيم، ووساوسه، وحزبه.

Hal itu karena Al-Qur’an Al-Karim adalah berisi hidayah (petunjuk) bagi ummat manusia*, dan obat penyembuh bagi (qalbu/hati) yang ada di dalam dada, sedangkan setan adalah penyebab berbagai keburukan dan kesesatan. Maka Allah yang Mahasuci memerintahkan  setiap orang yang akan membaca Al-Qur’an agar mereka membentengi diri dengan Allah yang Mahasuci dari setan yang terkutuk, gangguan was-wasnya dan golongan-golongan setan.

وأجمع العلماءعلى أن الاستعاذة ليست من القران الكريم؛ ولهذا لم تكتب في المصاحف.

Para ulama telah bersepakat bahwasanya bacaan isti’adzah tidak termasuk dari Al-Qur’an Al-Karim; Karena inilah ia tidak ditulis pada mushaf-mushaf.

ومعنى (أعوذ بالله) : أستجير، و أتحصّن بالله وحده.

Makna (أعوذ بالله) adalah aku meminta perlindungan dan aku membentengi diri dengan Allah saja.

ومعنى (من الشيطان) أي: من كل عات متمرّد من الجنّ و الإنس، يصرفني عن طاعة ربّي، وتلاوة كتابه.

Makna (من الشيطان) adalah dari setiap penyeleweng yang sangat membangkang dari kalangan jin dan manusia, yang akan memalingkan aku dari menta’ati Rabb-ku dan dari membaca kitabNya.

ومعنى (الرجيم) أي: المطرود من رحمة الله

Makna adalah : yang diusir dari rahmat Allah.

Faidah :

  • [Kata Ar-Rajiimadalah Isim Fa’il yang Memiliki Makna Isim Maf’uul. Maka artinya adalah yang dilemparkan/dijauhkan dari rahmat Allah, atau yang dilempari dengan bintang oleh para Malaikat.]
  • [Al-Qur’an Al-Karim adalah petunjuk bagi manusia, walaupun mereka yang masih kafir. Yaitu petunjuk bagi mereka ke jalan dan agama yang lurus.]
  • [Jin yang dibelenggu pada bulan Ramadhan hanya jin-jin yang sangat membangkang.]

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ (1)

سورة الفاتحة. سميت هذه السورة بالفاتحة; لأنه يفتتح بها القرآن العظيم,

Surat Al-Fatihah. Surat ini dinamakan dengan “Al-Fatihah” karena Al-Qur’an Al-‘Azhiim dibuka/dimulai dengannya.

وتسمى المثاني; لأنها تقرأ في كل ركعة, ولها أسماء أخر.

Dan surat ini dinamakan juga dengan Al-Matsani, karena ia senantiasa dibaca pada setiap raka’at shalat. Dan surat ini juga memiliki beberapa nama yang lain.

أبتدئ قراءة القرآن باسم الله مستعينا به,

Saya memulai pembacaan Al-Qur’an dengan menyebut nama Allah sebagai bentuk permintaan tolong kepadaNya.

(اللهِ) علم على الرب -تبارك وتعالى- المعبود بحق دون سواه, وهو أخص أسماء الله تعالى, ولا يسمى به غيره سبحانه.

Lafzhul Jalalah (اللهِ) adalah nama yang menunjukkan atas Ar-Rab -yang Mahasuci lagi Mahatinggi-, satu-satunya yang berhak untuk diibadahi tanpa selainNya, dan nama ini adalah nama yang paling khusus diantara nama-nama Allah ta’ala, dan tidak ada yang boleh dinamai dengan nama ini selain dia semata yang Mahasuci.

(الرَّحْمَنِ) ذي الرحمة العامة الذي وسعت رحمته جميع الخلق,

(الرَّحْمَنِ) yaitu pemilik rahmat yang luas, yang kasih-sayangnya itu mencakup seluruh makhlukNya.

(الرَّحِيمِ) بالمؤمنين, وهما اسمان من أسمائه تعالى، يتضمنان إثبات صفة الرحمة لله تعالى كما يليق بجلاله.

(الرَّحِيمِ) yaitu yang menyayangi orang-orang yang beriman. Kedua nama ini adalah diantara nama-nama Allah ta’ala. Kedua nama yang disebutkan dalam ayat ini mengandung penetapan sifat rahmat (kasih-sayang) bagi Allah ta’ala sesuai dengan keagunganNya .

Faidah

  • [Para ulama berselisih tentang lafazh (اللهِ) apakah merupakan kata turunan dari kata lain, ataukah ia merupakan lafazh yang bersifat tauqifi dari Allah. Tapi, yang lebih benar -insya Allah- bahwa lafazh ini bersal dari kata (الإلٰه) ]
  • [Penetapan sifat-sifat seperti ini sangat penting, karena ada golongan dalam ummat Islam yang menafikan adanya sifat rahmat (kasih-sayang) bagi Allah. Mereka beranggapan bahwa penetapan sifat tersebut sama saja menyerupakan Allah dengan makhluk. Padahal ayat-ayat dan hadits-hadits banyak yang menetapkan sifat ini bagi Allah.]
  • [Jika mau difikirkan sejenak, sebenarnya mereka yang menolak penetapan sifat-sifat bagi Allah dengan alasan tasybih (penyerupaan) atau tajsim (memfisikkan), mereka itu sendirilah yang melakukan penyerupaan (tasybih) dan memfisikkan (tajsim) antara sifat Allah dengan makhlukNya. Karena kita yang menetapkan hal tersebut, hanyalah menetapkan sifat-sifat tersebut bagi Allah sesuai apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an atau yang dijelaskan Rasulullah dalam hadits yang shahih, tanpa mempermaslahkannya.]
  • [Metode yang benar dalam memahami ayat-ayat maupun hadits-hadits tentang sifat Allah adalah kita menetapkan apa yang ditetapkan dalam dalil tersebut tanpa menyerupakannya dengan makhluk.]

 

dialog berziarah b.arab

الزِّيَارَة

Azziaarah

Berziarah

الْحِوَار :

Dialog

حَامِدٌ : أيْنَ تَسْكُنُ ؟

Haamid : Ayna taskunu

Hamid : dimana kamu tinggal

عُمَر : أسْكُنُ فِي شَا رِعِ حَسَنُ الدِّ يْن

Umar : Askunu fii syaari’ Hasanuddin

Umar : Saya tinggal di Jl Hasanuddin

وَأنْتَ ٬ أيْنَ تَسْكُنُ ؟

Wanta, ayna taskun ?

Dan kamu, dimana kamu tinggal ?

حَامِد : أسْكُنُ فِيْ شَا رِعِ إمَام بُنْجُوْل

Hamid : Askunu fii syaari’ Imam Bunjuul

Hamid : Saya tinggal di jalan Imam Bonjol

سَأزُوْرُكَ الْيَوْمَ إنْ شَاء الله

Sa azuurukal yauma insyaa Allaah

Saya akan menziarahimu ( berkunjung ) hari ini insya Allah

عُمَر : أهْلاً وَسَهْلاً ٬ أنَا فِيْ إنْتِظَارِكَ

Umar : Ahlan wasahlan, anaa fii intidzhaarika

Umar : Dengan senang hati, saya akan menunggu kunjunganmu

مَتَى تَحْضُرُ ؟

Mataa tahdhur

Kapan kamu datang ?

حَامِد : فِي الْخَامِسَةِ مَسَا ءً ا بِإ ذ ْنِ الله

Hamid : Fil khaamisati masaa an bi idznillah

Hamid : Jam 5 sore insya Allah

مَاعُنْوَانُكَ بِالْكَامِلِ ؟

Maa ‘unwaanuka bilkaamil

Mana alamat lengkap rumahmu

عُمَر : ٦ شَا رِع حَسَنُ الدِّ يْنِ بِجَوَارِ الْمَسْجِدِ

Umar : Sittah Syaari’ Hasanuddin bijawaaril masjid

Umar : Jl Hasanuddin no 6 disamping mesjid

عِنْدَ الْبَقَالَةِ

`Indal baqaalah

Di Toko/Kedai

 

طَارِق : هٰذِ هِ جُبْنَةٌ لَذِ يْذَ ة

Thariq : Haadzihi jubnatun ladzidzatun

Thariq : Keju ini enak sekali

مِنْ أَيْنَ إِشْتَرَيْتَهُ يَا حَسَنٌ ؟

Min ayna isytaraytahu yaa hasan

Dimana kamu membelinya hei Hasan

حَسَن : إشْتَرَيْتُهُ مِنَ بَقَالَةِ سَمِيْر

Hasan : Isytaraytuhu min baqaalati Samiir

Hasan : Saya membelinya di took “ Samir”

طَارِق : بِجَوَارِالْمَدْ رَسَةِ ؟

Thariq : Bijawaaril madrasati ?

Thariq : (Toko)Yang disamping sekolah ?

حَسَن : نَعَمْ

Hasan : Na’am

Hasan : Iya

طَارِق : بِكَمِ عُلْبَةٔ ؟

Thariq : Bikamil ‘ulbah ?

Thariq : Berapa harganya satu kotak /dos ?

حَسَن : بِخَمْسُمِائَةِ رُوْبِيَة ً

Hasan : Bikhamsumiati ruubiyyatan

Hasan : Harganya 500 rupiah

طَارِق : وَالله ٬ رَخِيْصٌ جِدّ ًا

Thariq : Wallaahi, rakhiishun jiddan

Thariq : Waah…murah sekali

سَأَشْتَرِي عُلْبَة مِنْهَا

Sa asytari ‘ulbatan minha

Saya akan membeli sebungkus juga

شُكْرًاعَلىَ مَعْلُوْمَتِكَ يَا حَسَنٌ

Syukran ‘alaa ma’luumatika yaa Hasan

Terima kasih atas informasinya hei Hasan

حَسَن : عَفْوًا

Hasan : ‘Afwan

Hasan : Sama-sama

 

 ( دَ خَلَ طَارِقُ البَقَالَة )

( Dakhala Thaarigu albaqaalata )

(Thariq memasuki toko )

طَارِق : السّلاَ مُ عَلَيْكُمْ

Thariq : Assalaamu ‘alaikum

Thariq : Selamat atas kalian

البَائِع : وَعَلَيْكُمُ السَّلاَ م ٬ أَيُّ خِدْ مَة ؟

Baa’i’ : Wa’alaikum salam, Ayyu khidmah ?

Penjual : Wa’alaikum salam, ada yang bisa saya bantu ?

طَارِق : أرِيْدُ كِيْلُوْ سُكَّر وَ عُلْبَةُ جُبْنَة مِنْ فَضْلِكَ

Thariq : Uriidu kiiluu sukkar wa ‘ulbata jubnatin min fadhlik

Thariq : Saya mau beli 1 kg gula dan sebungkus keju

البَائِع : حَاجَةٌ ثَانِيَةٌ ؟

Baa’I’ : Haajatun tsaaniyah ?

Penjual : Ada lagi yang lain ?

طَارِق : لاَ شُكرٔا ٬ بِكَمِ الْحِسَابُ كُلُّه ؟

Thariq : Laa syukran, bikamil hisaab kulluh

Hariq : Tidak, terima kasih, berapa harganya semua ?

البَائِع : بِسِتُّمِائَةِ رُوْبِيَّة

Baa’I’ : bisittumiati ruubiyyah

Penjual : 600 rupiah

طَارِق : تَفَضَّلْ

Thariq : Tafaddhal

Thariq : Silahkan !

البَائِع : شُكْرٔا مَعَ السَّلاَ مَة

Baa’I’ : Syukran, ma’as-salaamah

Penjual : Terima kasih, sampai jumpa

طَارِق : مَعَ السَّلاَ مَةِ

Thariq : Ma’as-salaamah

Thariq : Sama-sama

 

dialog bahasa arab

فِي الشَّارِعِ

Fis-syaari`

Di Jalan

 

خَالِدٌ : مِنْ فَضْلِكَ ٬ أيْنَ الْمَتْحَفُ ؟

Khalid : Min fadhlik, aynal mathaf ?

Khalid : Persmisi ! dimana Musium ?

شُرْطَة : الْمَتْحَفُ بَعِيْدٌ مِنْ هُنَا ٬ تَقْدِ رُأنْ تَرْكَبَ حَافِلَة ً

Syurthah : Almathafu ba’iid min huna, taqdiru an tarkaba haafilah

Polisi : Musium sangat jauh dari sini, kamu dapat menggunakan bus

خَالِدٌ : أيْنَ مَحَطَّة ُالْحَافِلا َتِ ؟

Khalid : Aynal mahatthatul haafilah ?

Khalid : Dimana terminal busnya ?

شُرْطَة : سِرْ فِي هٰذ َا الشَّارِعِ إلىَ الْمَيْدَ انِ ثُمَّ إِتَّجِهْ إلىَ الْيَمِيْنِ وَسَتَجِدُ مَحَطَّة َالْحَافِلا َتِ أمَامَكَ ٬

إرْكَبْ الحَافِلَة َ رَقْمُ ١٠٠ ( مِائَة ).

Surthah : Sir fi haadzas-syaari’ ilal maydaan tsumma ittajih ilal yamiin wasatajidu mahatthatalhaafilah amaamak, irkabil haafilah raqm miah

Polisi : Lewat jalan ini hingga ke lapangan kemudian belok kanan kamu akan jumpai terminal tepat di depanmu. Naiklah bus no 100.

 

 

( وَصَلَ خَالِدٌ فِي الْمَحَطَّةِ )

( Washala khaalidun fil mahatthati )

( Khalid tiba di terminal )

خَالِدٌ : لَوْ سَمَحْتَ ٬ أعْطِنِيْ التَّذ ْكِرَة َ

Khalid : Law samaht, a’thiniy tadzkirah

Khalid : Permisi, berikan saya karcis !

سَائِق : التَّذ ْكِرَة َبِعَشَرَةِ قُرُوْشٍ

Saaiq : At-tadzkirah bi’asyarati quruusy

Supir : Karcisnya seharga 10 piester

خَالِدٌ : تَفَضَّلْ ٬ نَزِّلْنِي عِنْدَ بَوّابَةِ الْمَتْحَفِ

Khalid : Tafaddhal, nazzilniy ‘inda bawwabatil mathaf

Khalid : Silahkan (ambil uangnya) !, turunkan saya tepat di gerbang musium

سَائِق : اَلْمَحَطَّة ُالْقَا دِ مَة ُ قَرِيْبٌ مِنَ الْمَتْحَفِ وَعِنْدَ إِشَارَةِ الْمُرُوْرِ إِتَّجِهْ إلىَ الْيَسَارِ وَسَوْفَ تَجِدُ

بَوَّابَة الْمَتحَفِ أمَامَكَ .

Saaiq : Almahatthatul qaadimah qariibun minal mathafi, wa ‘inda isyaaratil muruur

ittajih ilal yasaar wa saufa tajidu bawwabatal mathaf amaamak

Supir : halte berikutnya lebih dekat dengan museum, di lampu merah belok kiri kamu akan dapati gerbang musium

خَالدٌ : شُكُرًا جَزِيْلا

Khalid : Syukran jaziila

Khalid : Terima kasih banyak

سَائِق : مَعَ السَّلا َمَةِ

Saaiq : Ma’as-salaamah

Supir : sampai jumpa

dialog percakapan bahasa arab sehari hari

الْحِوَارَات :

اَلتَّعَارُف

Atta`aaruf

Perkenalan

اَلْحِوَار ׃

Al-hiwaar

Dialog

خَالِدٌ ׃ اَلسَّلاَ مُ عَلَيْكُم

Khalid : Assalaamu ‘alaikum

عَبْدُ اللّه ׃ وَعَلَيْكُمُ السَّلاَ م

Abdullah : Wa’alaikum salaam

خَالِدٌ ׃ كَيْفَ حَالُكَ ؟

Khalid : Kayfa haaluka ?

Khalid : Apa Kabar ?

عَبْدُ اللّه ׃ بِخَيْرٍ ٬ الْحَمْدُ لِلّه

Abdullah : Bikhair Alhamdulillah

Abdullah : Alhamdulillah baik-baik saja

خَالِدٌ ׃ مَا إِسْمُكَ ؟

Khalid : Masmuka ?

Khalid : Siapa namamu ?

عَبْدُ اللّه ׃ إِسْمِيْ عَبْدُ اللّه ٬ وَ أَنْتَ ؟

Abdullah : Ismii ‘Abdullaah, Wanta ?

Abdullah : Nama saya Abdullah, dan nama kamu ?

خَالِدٌ ׃ أَنا خَالِدٌ

Khalid : Ana Khaalid

Khalid : Saya Khalid

عَبْدُ اللّه ׃ أَهْلأ يَا خالِدٌ

Abdullah : Ahlan yaa khaalid

Abdullah : Salam perkenalan denganmu hei khalid

خَالِدٌ ׃ أَهْلاً وَسَهْلاً بِكَ يَا عَبْدَ اللّه

Khalid : Ahlan wasahlan bika yaa ‘abdallah

Khalid : Sama-sama hei Abdullah

عَبْدُ اللّه ׃ هَلْ أَنْتَ أَمْبُوْ نِيٌّ ؟

Abdullah : Hal anta Ambuuniy ?

Abdullah : Apakah kamu orang Ambon ?

خَالِدٌ ׃ نَعَمْ ، أَنَا أَمْبُوْنِيٌّ وَ أَنْتَ ؟

Khalid : Na’am ana Ambuuniy, wanta ?

Khalid : Iya, saya orang Ambon, dan kamu ?

عَبْدُ اللّه ׃ أَنَا جَا وِيّ

Abdullah : Ana Jaawiyy

Abdullah : Saya orang Jawa

خَالِدٌ ׃ اَئنَ تَسْكُنُ الآنَ ؟

Khalid : Ayna taskunul aana ?

Khalid : Dimana kamu tinggal sekarang ?

عَبْدُ اللّه ׃ أَسْكُنُ فِي ٨ ( ثَمَانِيَة ) شَارِعِ حَسَنُ الدِّ يْن بأَمْبُوْن

Abdullah : Askunu fii tsamaaniyati syaari’ Hasaanuddiin bi Ambuun

Abdullah : Saya tinggal di jl Hasanuddin no 8 Ambon

خَالِدٌ : وَاَيْنَ تَدْ رُسُ ؟

Khalid : wa ayna tadrus ?

Khalid : Dan dimana kamu sekolah ?

عَبْدُ الله : أَدْ رُسُ فِي الْمَدْ رَسَةِ الإِعْدَ ادِ يَةِ الإِسْلاَ مِيَةِ ” السَّلاَ م ”

Abdullah : Adrusu fil madrasatil I’daadiyyatil islaamiyyati “ As-salaam “

Abdullah : Saya sekolah di SMP islam Assalaam

خَالِدٌ ׃ مَا لُعْبَتُكَ ؟

Khaalid : Maa Lu’batuka ?

Khalid : Kamu suka permainan apa ?

عَبْدُ اللّه ׃ أَنَا أَلْعَبُ كُرَة َالْقَدَ مِ ، وَمَا لُعْبَتُكَ ؟

Abdullah : Ana al’abu kuratal qadami

Abdullah : saya main sepak bola

خَالِدٌ ׃ أَلْعَبُ كُرَةَ السَّلَّةِ

Khalid : Anaa al’abu kuratas-sallati

Khalid : saya suka main bola basket

عَبْدُ اللّه ׃ وَمَا هِوَايَتُكَ يَا خَالِدُ ؟

Abdullah : Wamaa hiwaayatuka ya khaalid ?

Abdullah : Dan apa hobimu hei Khalid ?

خَالِدٌ ׃ هِوَايَتِيْ جَمْعُ الطَّوَابِعِ ، وَأَنْتَ ؟

Khalid : Hiwaayatiy jam’ut-thawaabi’. Wanta ?

Khalid : Hobiku koleksi prangko, dan kamu ?

عَبْدُ اللّه ׃ هِوَايَتِيْ اَلرَّسْمُ وَ السِّبَا حَةُ

Abdullah : Hiwaayati ar-rasmu was-sibaahah

Abdullah : Hobiku melukis dan berenang

خَالِدٌ ׃ أَنَا سَعِيْدٌ جِدًّ ا لِمَعْرِفَتِكَ

Khalid : Anaa sa’iidun jiddan lima’rifatik

Khalid : Senang sekali saya dapat berkenalan denganmu

عَبْدُ اللّه ׃ وَ أَنَا أَيْضًا

Abdullah : Wanaa aydhan

Abdullah : Saya pun demikian

خَالِدٌ ׃ شُكْرًا عَلَي التَّعَارُفِ

Khalid : Syukran ‘alat-ta’aarufi

Khalid : Terima kasih atas perkenalannya

عَبْدُ اللّه ׃ عَفْوًا

Abdullah : Afwan

Abdullah : Sama-sama

خَالِدٌ ׃ مَعَ السَّلاَ مَةِ

Khalid : Ma’as-salaamah

Khalid : Sampai jumpa

عَبْدُ اللّه ׃ مَعَ السَّلاَ مَةِ

Abdullah : Ma’as-salaamah

Abdullah : Sampai jumpa lagi

 

Tempat manusia di alam kubur adalah bagaikan ada pada taman di antara taman-taman surge, tentu dengan syarat manusia (di dunia) mau menyisihkan waktu dengan menanam banyak bibit kebaikan, maka buah dari amal kebaikan itu adalah surga dengan segala kenikmatannya. Namun jika yang ditanam di dunia dulu adalah segala keburukan, maka terminal awal kubur yang disangka baik dan indah itu akan berubah, kubur juga bisa berupa lobang di antara lobang-lobang neraka, padanya manusia mulai di azab, inilah adalah awal dari kebinasaan. Jika di alam kubur diawali dengan tempaan azab maka kecelakaanlah muara dari kehidupan akhiratnya, pada gilirannya berujung di neraka.

Adapun jika di alam kubur manusia bisa selamat, maka Allah akan memperlihatkan bentangan surga di depan mata dengan segala keindahan yang tiada menjemukan dan mendapatkan bonus berjumpa dengan Allah SWT .. demikianlah surge, Penjelasan nabi cukup menjadi gambaran umum betapa indahnya surga itu. Surga itu…(ما لاعين رات ولا اذن سمعت ولا خطرعلي قلب البشر), semoga penulis dan pembaca dan seluruh orang mukmin memperoleh hasil terbaik dan perjumpaan yang baik dengan-Nya.di surga dengan amalan yang terbaik Lillahi Ta’ala. amiin

Fitrah Seksualitas 

Fitrah Seksualitas
Oleh : Harry Santosa

Punya suami yang kasar? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.

Punya suami yang “sangat tergantung” pada istrinya? Bingung membuat misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.

Kok sebegitunya?

Ya karena sosok ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna. Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.

Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, boarding school dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 – 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan “saya perempuan” atau “saya lelaki”

Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

Hati hati memasukkan anak kita ke PAUD yang gurunya tidak sepasang, karena bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional. Anak lelaki yang gurunya lebih banyak perempuan berpotensi “melambai”, sementara anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki cenderung tomboy dsbnya.

Ketika usia 7 – 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 – 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki dewasa atau suami yang kasar, egois dsbnya.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.

Salam Pendidikan Peradaban